June 19, 2003
semalam..
setelah terlibat dalam tragedi hubungan per sms, dia terdiam lama.

termenung..
betapa kegilaan ini semakin menjadi. kegilaan yang bersumber entah darimana.
sudah malam kesekian, mata itu dipaksa untuk tetap terbuka.

seperti halnya malam ini.
terpaku menatap dinding putih. tetap bertahan di satu titik,
berharap tidak tertidur agar tidak bermimpi..
berharap tidak bermimpi agar tidak terbangun dari mimpi itu..
berharap tidak terbangun agar tidak menemui kenyataan..

dinding putih itu mulai kabur dalam pandangannya..
bermunculan warna-warna yang saling membaur.
biru.. hijau..
..dan kemudian semakin gelap..
..hitam di akhir..

tersentak!
terjengkang ke belakang!
sesuatu telah mengembalikan alam sadarnya..

sebuah pikiran merasuki dia.
tersenyum perlahan dan kemudian tertawa lebar..

cara pandang, ta.. cara pandang..
its all about u and the way u look at ur life.

berapa lama mau terus bertahan dengan kegilaanmu ?
mengapa rela bekerja sama dengan dunia untuk melukai dirimu ?
mengapa menjanjikan untuk bangkit dari kuburan, sementara kau terus menggali lebih dalam ?
mengapa diam ?

ampun Bapa.. ampunilah..

kau menggumam ketika bangun hari ini, Aku mendengarmu bercakap kepada batu itu, yang buta, yang semakin mengeras ketika berusaha menangkap kata-katamu
Aku mendengarmu bercakap kepada batu itu tanpa menggunakan kosa-kata-Ku
ketika hari tiba dan mengambil segala yang kauyakini milikmu kau memang tak merasa perlu tahu bahwa Aku bukan bagianmu, bukan milikmu, Sayang-Ku
kau merindukan kemarau yang setia mengeringkan air matamu tapi sekarang hanya genangan air melepuh di bawah kulitmu
Sapardi Djoko Damono, "Surah Penghujan", ayat 3



ampun Bapa.. ampunilah..

segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
still me @ 7:23 PM and your

leon!E ~ Jan'2006